Hasilnya, tarikan motor jadi lebih spontan dan responsif. Inilah alasan kenapa motor 2-tak banyak dipakai dalam balap liar, road race, hingga drag race di era kejayaannya.
3. Konsumsi Bahan Bakar Boros
Di balik performa ganasnya, ada kelemahan besar yang bikin motor 2-tak sulit diproduksi lagi: konsumsi bahan bakarnya yang boros.
Ditambah lagi, motor ini membutuhkan oli samping untuk melumasi piston. Setiap kali gas ditarik, bensin dan oli langsung terkuras cukup banyak.
Namun, justru faktor ini yang bikin para kolektor semakin kagum, karena memiliki motor 2-tak artinya siap menerima konsekuensi hobi yang mahal.
BACA JUGA:3 Motor Klasik yang Pernah Jadi Idola Remaja Generasi Milenial
BACA JUGA:Daimler Reitwagen, Motor Pertama di Dunia: Awal Mula Revolusi Transportasi Roda Dua
4. Asap Putih yang Jadi Ciri Khas
Siapa pun yang pernah melihat motor 2-tak pasti akrab dengan asap putih yang keluar dari knalpotnya.
Asap ini berasal dari pembakaran oli samping yang bercampur dengan bensin. Di masa lalu, keberadaan asap ini mungkin dianggap biasa saja. Tapi sekarang, di era kesadaran lingkungan, asap putih motor 2-tak menjadi pemandangan langka dan bernostalgia.
5. Banyak Model Jadi Incaran Kolektor
Ada sejumlah motor 2-tak legendaris yang masih diburu sampai sekarang. Sebut saja Yamaha RX-King yang dijuluki "motor jambret" karena kecepatannya, Suzuki RGR dengan teknologi super kips, Kawasaki Ninja 150 yang terkenal bertenaga, serta Honda NSR yang jadi motor impian para anak muda tahun 90-an.
Harga motor-motor ini bisa melonjak tinggi, bahkan jauh di atas harga barunya dulu. Kondisi orisinal dan kelengkapan surat menjadi faktor penentu nilai jualnya.
6. Identik dengan Anak Gaul 90-an
Pada masanya, memiliki motor 2-tak dianggap sebagai simbol status sosial. Anak muda yang mengendarai RX-King atau Ninja 150 sering jadi pusat perhatian.
Gaya hidup yang melekat pada motor ini masih membekas sampai sekarang.