JAKARTA, MOTOREXPERTZ.COM - Pemerintah memutuskan untuk tidak menaikkan harga BBM dan tarif listrik pada awal Juli 2024.
Nggak cuma tarif listrik dan BBM subsidi, tarif listrik dan harga BBM nonsubsidi juga ditahan.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi mengatakan keputusan ini cukup tepat tapi kurang bijak.
Menurutnya menahan kenaikan tarif listrik dan harga BBM memang bisa mengendalikan inflasi dan mencegah penurunan daya beli masyarakat.
BACA JUGA:Hasil FP Moto3 Jerman: Adrian Fernandez Jadi Raja Free Practice!
BACA JUGA:Marcos Ramirez Tancap Gas, Rekor Lap Baru di FP Moto2 Jerman!
Namun juga di sisi lain, beban APBN untuk pengeluaran kompensasi dan subsidi jadi semakin berat.
"Pemerintah seharusnya nggak perlu menahan lebih lama lagi tarif listrik dan harga BBM nonsubsidi. Serahkan saja keputusannya kepada PLN dan Pertamina untuk menetapkan tarif listrik dan harga BBM nonsubsidi sesuai dengan harga keekonomian," kata Fahmy.
Dengan begitu, pemerintah nggak perlu bayar kompensasi kepada PLN dan Pertamina saat tarif listrik dan harga BBM nonsubsidi ditetapkan di bawah harga keekonomian.
Fahmy menambahkan, secara empiris kenaikan tarif listrik dan harga BBM nonsubsidi nggak berpengaruh signifikan terhadap kenaikan inflasi.
BACA JUGA:Free Practice MotoGP Jerman Panas! Maverick Vinales Pecahkan Rekor Meski Red Flag
BACA JUGA:Aleix Espargaro Out! Cedera Tangan Paksa Mundur dari MotoGP Jerman
Penurunan daya beli masyarakat karena jumlah konsumennya relatif nggak banyak dan sebagian besar dari golongan masyarakat menengah ke atas.
Beda cerita kalau yang naik itu tarif listrik dan harga BBM subsidi, yang secara empiris memang berpengaruh signifikan terhadap inflasi.
Dan juga, daya beli masyarakat karena jumlah konsumennya banyak dan kebanyakan dari golongan masyarakat bawah.