Menurut Stoner, kehadiran teknologi elektronik dan aerodinamika yang semakin canggih memang memberikan kontrol lebih kepada teknisi ketimbang pembalap.
BACA JUGA:Blunder di Sprint Race! Video Pecco Bagnaia Terpeleset, Kans Juara Dunia Makin Tipis
BACA JUGA:Pecco Bagnaia Gagal Finish, Jorge Martin Kuasai Sprint Race MotoGP Malaysia 2024
Akibatnya, para pembalap lebih fokus pada kecepatan satu putaran untuk lolos ke kualifikasi kedua (Q2) daripada persiapan penuh untuk balapan utama.
Hal ini, menurutnya, membuat balapan hari Minggu jadi kurang kompetitif karena para pembalap tak semuanya siap dengan ritme balapan jarak jauh.
Sebagai mantan juara dengan Ducati pada 2007 dan Honda pada 2011, Stoner juga telah lama mengkritik penggunaan teknologi canggih di MotoGP, yang dianggapnya mengambil esensi dari balap motor itu sendiri.
Bagi Stoner, format sprint race saat ini hanya memberi keuntungan buat pembalap yang fokus di waktu singkat, alih-alih menyiapkan diri untuk balapan sesungguhnya di hari Minggu. "Harusnya poin hanya diperoleh di balapan utama," pungkasnya.