Bahkan bisa memprediksi hujan turun di tikungan ke-5, tapi tidak ada turun hujan pada tikungan ke-8.
Beberapa aplikasi cuaca yang digunakan bahkan dirancang khusus untuk keperluan balap, lengkap dengan pengukuran suhu lintasan dan indeks grip ban.
Data Historis dan Pola Cuaca Sirkuit
Tim MotoGP juga mengandalkan data historis. Misalnya, sirkuit Le Mans di Prancis terkenal sering hujan secara mendadak.
Dari tahun ke tahun, mereka sering mengumpulkan pola cuaca dari tiap sesi mulai dari latihan bebas, kualifikasi, pemanasan, hingga dimulainya balapan di sirkuit tersebut.
Dengan data itu, mereka dapat mengetahuik, kapan biasanya waktu kabut akan turun, jam berapa angin kencang datang, atau suhu ideal untuk memakai ban tipe tertentu.
Sensor dan Kamera di Area Sirkuit
Sebagian besar tim MotoGP menempatkan sensor dan kamera pada berbagai titik sirkuit.
Dua benda ini penting untuk melihat bagian mana dari lintasan yang mulai basah. Misalnya, sektor 1 dan 2 masih kering, namun pada sektor 3 mulai licin.
Informasi ini jelas sangat penting untuk strategi pit stop atau pemilihan ban. Bahkan, marshal atau petugas trek juga membantu memberi laporan kondisi lintasan secara langsung.
Insting dan Komunikasi Pembalap
Meskipun teknologi canggih digunakan, tetap peran insting dari pembalap sangat penting dan diperlukan. Saat berada di lintasan balap, mereka harus bisa merasakan langsung perubahan suhu, angin, termasuk rintik-rintik hujan pertama.
Jika situasi ini sudah terjadi, maka para pembalap MotoGP ini pun harus segera melaporkannya ke tim lewat radio.
Kadang, keputusan cepat untuk masuk pit dan mengganti ban hanya berdasarkan firasat si pembalap dapat menjadi kunci utama untuk meraih kemenangan.
Hal ini sudah sering dilakukan pembalap asal Spanyol dari tim Ducati Lenovo, Marc Marquez dalam kondisi cuaca yang terkadang panas namun bisa turun hujan.
Jadi, cuaca di sirkuit dalam ajang MotoGP bukan sekedar tantangan, tapi juga adu taktik dari masing-masing tim.