Saat rider pindah ke tim besar, tekanan biasanya lebih tinggi. Contohnya ketika Jorge Lorenzo pindah ke Ducati, banyak yang berharap ia bisa langsung jadi juara.
Namun, kenyataannya butuh waktu lama baginya untuk meraih kemenangan.
Ekspektasi dari tim, sponsor, dan fans bisa memengaruhi mental rider. Jika berhasil memenuhi harapan, reputasi mereka melonjak. Sebaliknya, jika gagal, kepercayaan bisa menurun drastis.
3. Hubungan dengan Kru dan Mekanik
MotoGP bukan hanya tentang rider dan motor, tapi juga tim teknis di balik layar. Mekanik, insinyur, dan kru pit punya peran vital dalam mendukung performa rider.
Ketika pindah tim, rider harus membangun komunikasi baru dengan kru yang berbeda gaya kerja dan pendekatan.
Hubungan yang solid bisa menciptakan chemistry positif, sementara miskomunikasi bisa membuat hasil balapan berantakan.
4. Perubahan Strategi Balap
Setiap tim punya filosofi balap sendiri. Ada tim yang lebih agresif dalam strategi, ada pula yang bermain aman untuk mengumpulkan poin konsisten.
Rider yang terbiasa dengan strategi tertentu mungkin perlu menyesuaikan diri.
BACA JUGA:Jadwal MotoGP Catalunya 2025: Alex Marquez Siap Berikan Ancaman
BACA JUGA:Klasemen MotoGP 2025: Marc Marquez Tak Tergoyahkan, Mordibelli Naik Satu Peringkat
Hal ini bisa memengaruhi cara mereka mengelola balapan, kapan harus menyerang, kapan harus menahan diri, hingga kapan harus berganti ban jika kondisi trek berubah.
5. Dampak pada Persaingan Gelar
Kepindahan rider top sering kali mengubah peta persaingan. Contohnya, saat Valentino Rossi pindah dari Honda ke Yamaha pada 2004, langkah itu langsung mengubah Yamaha menjadi penantang serius gelar juara.
Begitu juga dengan Marc Marquez yang bergabung ke Ducati pada 2025, kepindahannya diprediksi akan mengguncang dominasi rider lain.