JAKARTA, MOTOREXPERTZ.COM -- Casey Stoner buka-bukaan soal Ducati GP7 yang ia kendarai saat mendominasi MotoGP 2007.
Meski menang 10 seri dan jadi juara dunia dengan selisih 125 poin dari Dani Pedrosa, Stoner bilang motornya nggak sempurna.
"Itu nggak terlalu bagus dalam hal apa pun, kecuali di gigi keempat, kelima, dan keenam," ungkapnya di podcast Ducati Diaries.
Menurutnya, GP7 memang stabil saat pengereman, tapi akselerasinya di tiga gigi pertama sangat payah, bikin dia susah bersaing di tikungan.
BACA JUGA:Perjalanan Berat Alex Rins, Finish Tes Pramusim MotoGP di Posisi ke-18
BACA JUGA:Pakai Motor Honda, Aleix Espargaro Bikin Kejutan di Tes Pramusim MotoGP 2025
Tapi Stoner cerdik, dia memaksimalkan kecepatan puncak motor itu dan stabilitas pengereman untuk mendominasi balapan.
Meski GP7 punya banyak kekurangan, Stoner dan timnya sukses memanfaatkan kelebihannya. "Kami cuma fokus duduk di barisan depan dan bikin semua orang kerja keras buat ngejar," ujarnya.
Ia juga bilang, kalau nggak start di depan, bakal susah buat mengejar lawan karena motor itu nggak cukup lincah di tikungan. "Sungguh sangat, sangat sulit untuk membalikkan keadaan," tambahnya.
Bahkan, di trek yang butuh akselerasi cepat, Stoner mengaku motornya sering kalah jauh. Tapi, lewat strategi dan kerja keras tim, mereka berhasil mengubah tantangan jadi kemenangan.
BACA JUGA:Fazzio Youth Festival Sambangi Kota Jakarta, Ajang Seru untuk Gen Z Tampil Makin Keren!
Stoner juga cerita soal perjalanan kariernya sebelum gabung Ducati. Ia hampir saja balapan untuk Yamaha, tapi kontraknya ditarik mendadak dua tahun berturut-turut.
"Mereka menarik kontrak dari bawah kaki kami di saat-saat terakhir," kata Stoner. Kejadian itu justru memotivasi dia untuk membuktikan bahwa Yamaha bikin kesalahan besar.
Target awalnya waktu itu sederhana: dapat beberapa podium dan mungkin satu kemenangan. Tapi kenyataan berkata lain—Stoner bukan cuma menang, tapi mendominasi musim 2007 dengan cara yang luar biasa.