Solusi: ganti minyak rem tiap 10.000 km–15.000 km atau minimal setahun sekali.
BACA JUGA:Viral Pengendara Siram Rem Panas: Aman atau Malah Bikin Celaka? Ini Penjelasan Lengkapnya!
BACA JUGA:Berbahaya atau Aman? Ini Fakta di Balik Menyiram Rem Panas dengan Air!
3. Setelan Rem Tromol Tidak Pas
Untuk motor yang masih pakai rem tromol, setelan tuas rem sering jadi masalah. Kalau setelan terlalu longgar, pedal akan terasa dalam sebelum rem benar-benar bekerja. Lama-lama pengendara mengira rem lost, padahal setelannya saja yang melar.
Solusi: setel ulang mur pengatur di bagian belakang sampai jaraknya pas—nggak terlalu dalam, tapi juga tidak terlalu ketat.
4. Debu atau Air Masuk ke Dalam Tromol
Rem tromol cukup rentan kemasukan debu, pasir, atau air—terutama saat musim hujan. Kotoran ini membuat permukaan kampas dan tromol tidak bergesekan maksimal. Hasilnya? Rem terasa licin, nge-loss, atau tidak stabil saat diinjak.
Kalau sudah parah, rem juga bisa berbunyi cit-cit atau terasa getar saat pengereman.
Solusi: bongkar, bersihkan, dan amplas ringan kampas serta permukaan tromol.
BACA JUGA:Nostalgia Otomotif, Ini 3 Motor Keren yang Pernah Mengaspal di Indonesia
5. Piringan atau Tromol Tidak Rata
Motor cakram bisa mengalami piringan yang mulai aus atau melengkung. Motor tromol bisa mengalami permukaan yang bergelombang. Keduanya membuat kampas tidak menggigit sempurna sehingga rem terasa lemah.
Biasanya ini terjadi karena overheat, beban berat, atau pengereman mendadak yang berulang-ulang.
Solusi: cek kondisi permukaan. Bila sudah gelombang atau aus berat, ganti.