Debt Collector Bisa Kena Pasal Berlapis Kalau Tarik Motor Kredit Sembarangan?

Main Diler Honda Berikan Diskon Menarik untuk Berbagai Tipe Motor Honda--Wahana Honda
JAKARTA, MOTOREXPERTZ.COM -- Kasus motor ditarik paksa sama debt collector tuh sering banget kejadian di lapangan. Biasanya, ini karena cicilan kredit udah nunggak.
Tapi yang bikin miris, penarikannya sering banget dilakukan dengan cara kekerasan, bahkan sampai ancam-ancam segala.
Padahal, meskipun mereka punya surat kuasa, kalau udah sampai ngambil motor secara paksa, itu bisa masuk kategori tindak pidana loh! Kendaraan yang ditarik itu bukan hasil kejahatan, jadi nggak bisa seenaknya dirampas.
Debt collector yang nekat tarik motor paksa bisa dijerat pasal berlapis, mulai dari Pasal 368 KUHP (Perampasan), Pasal 365 KUHP (Pencurian dengan Kekerasan), sampai Pasal 378 KUHP (Penipuan).
BACA JUGA:Seri 2 IATC 2025 Qatar Jadi Tantangan 4 Rider Muda Indonesia Taklukan Sirkuit Lusail
BACA JUGA:Mandalika Trackday Experience, Wadahi Komunitas Jajal Langsung Sirkuit Mandalika
Ancaman hukumannya juga nggak main-main. Kalau dilakukan malam hari, berdua atau lebih, dan sampai bikin korban luka berat, bisa kena 12 tahun penjara. Kalau sampai ada korban meninggal, hukumannya naik jadi 15 tahun.
Bahkan bisa dihukum mati atau penjara seumur hidup kalau terbukti dilakukan rame-rame dan ada korban meninggal dunia.
Perlu kamu tahu juga, debt collector itu bukan pihak yang sah buat narik motor kredit. Yang boleh narik motor tuh cuma pengadilan.
Jadi, mesti ada putusan pengadilan dulu, baru motor bisa ditarik, dilelang, dan hasil lelangnya dibayar ke perusahaan leasing.
BACA JUGA:Yamaha Y15ZR SE 2025 Rilis di Malaysia, Motor Bebek Premium dengan Tampilan Bikin Ngiler
BACA JUGA:Meluncur BMW R 1300 R 2025: Moge Naked Bertenaga Buas dengan Fitur Modern
Di hukum Indonesia, nggak ada tuh pihak yang boleh maksa-maksa buat nyita atau merampas barang selain penegak hukum kayak polisi, jaksa, atau hakim. Kalau yang maksa itu bukan penegak hukum, ya itu namanya perampasan paksa dan bisa dijerat pidana.
Soal aturannya, udah jelas banget di UU Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Sertifikat Jaminan Fidusia punya kekuatan hukum kayak putusan pengadilan yang udah inkrah.
Temukan konten motorexpertz.com menarik lainnya di Google News
- Tag
- Share
-